Minggu, 17 Agustus 2014

Tujuh Belasan 2014



Akhirnya saya diberi kesempatan juga turut serta pada perayaan HUT Ke-69 Republik Indonesia. Ya walaupun masih sekelas lingkup Instansi pemerintah, tepatnya di Sekretariat Daerah Kabupaten Lombok Timur. Dan hebohnya tanpa persiapan dan dadakan.
Mau ditutup-tutupi, nanti tulisan ini jadi kurang WOW..!!! jadi mau tidak mau saya harus bocorkan sedikit aib mengenai kinerja saya sendiri sebagai Pegawai Negeri Sipil di instansi tersebut. H-3 dari HUT RI itu, saya sudah pasang ancang-ancang untuk berusaha menghindari setiap gerak-gerik yang sekiranya merupakan aktifitas penunjukan sebagai salah satu peserta atau yang lebih tepatnya lagi sebagai pemeran atas setiap aktifitas yang berhubungan dengan perayaan HUT ke-69 RI. Beberapa teman seperjuangan saya sudah mendapatkan perannya, ada yang ikut gerak jalan, ada yang menjadi Pengantin di parade Pawai Alegoris, da nada juga yang menjadi petugas upacara di Kantor. Dan sampai saat itu saya masih bisa mengucapkan Alhamdulillah karena harapan masih dikabulkan agar tidak terlibat sebagai petugas apapun.
Yang parahnya lagi, H-1 saya sampai tidak masuk kantor karena saya berasumsi kalau saya masuk di hari itu, pasti akan kena tunjuk sebagai salah satu petugas, entah di Pawai atau di Petugas Upacara. Dan benar saja, jam masih menunjukkan pukul 08.00 WITA, sudah ada 3 panggilan tak terjawab dari Atasan di kantor. Akhirnya mau tidak mau saya menelpon balik dan memberikan alasan yang paling masuk akal mengapa saya tidak masuk di hari itu. Waktu mendekati siang, salah satu Protokol di Kantor juga menelpon, dan saya berhasil menahan niat untuk mengangkat telponnya, karena pasti telepon itu memberi kabar bahwa saya ditunjuk sebagai salah satu petugas.



Terbebas dari peserta Pawai Alegoris, sorenya pun saya bisa menikmati Pawai itu sambil menontonnya ditemani dengan Pacar. Tapi begitu barisan Kantor yang lewat, sontak langsung bersembunyi di balik penonton lainnya.



Malam hari itu, muncul rasa bersalah dan menyesal karena sudah berbuat yang tidak baik. Berniat ingin memperbaiki kesalahan, akhirnya saya berniat untuk hadir sebagai peserta upacara HUT ke-69 RI di Kantor (Setda Kab.Lotim). masalah pakaian yang digunakan nanti saja disiapkan selesai sholat subuh.
Nah di sinilah letak serunya. Alarm Handphone yang berbunyi pukul 05.00 WITA pun gagal menembus gendang telinga, sehingga dapat menahan getaran ke saraf sehingga usaha bangun di pagi hari pun gagal. Waktu berlalu 2 jam dan tepatnya pukul 07.00, pengaruh hipnotis selimut, bantal, kasur dan tman-teman lainnya pun mulai pudar. Tepat pada waktu itu, Telepon masuk pun bordering, muncul tulisan di HP yang bertuliskan nama dari Kasubag Protokol di Kantor. Setengah sadar sambil menggeser dan men-“TAP” layar HP, saya jawablah panggilan itu. Isi dari pembicaraan itu yang langsung membuat saya sadar 100% dan memberikan tenaga full power untuk segera bergegas mempersiapkan diri dalam waktu 5 menit untuk berseragam Korpri lengkap dengan Peci dan sepatu.

Rasa menyesal muncul, mengapa tidak mengangkat miscall dari Atasan (Asisten 1) dan Protokol di hari kemarin. Ternyata kedua panggilan tak terjawab itu berhubungan antara yang satu dengan yang lain, bahwa Upacara HUT RI di kantor yang berperan sebagai Inspektur Upacara adalah atasan saya sendiri, dan otomatis yang bertugas sebagai ajudan inspektur upacara adalah saya sendiri. masih ada saja untungnya, karena tiba di kantor tepat pada waktunya, dalam arti tidak terlambat. Berbekal mental bertanya sebentar bagaimana dan apa saja yang harus dilakukan sebagai ajudan Irup, serta paling tidak pernah menyaksikan langsung jalannya upacara sebelumnya, sehingga Alhamdulillah tugas yang saya pegang berjalan lancar.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar