Akhirnya saya diberi kesempatan juga turut
serta pada perayaan HUT Ke-69 Republik Indonesia. Ya walaupun masih sekelas
lingkup Instansi pemerintah, tepatnya di Sekretariat Daerah Kabupaten Lombok
Timur. Dan hebohnya tanpa persiapan dan dadakan.
Mau ditutup-tutupi, nanti tulisan ini jadi
kurang WOW..!!! jadi mau tidak mau saya harus bocorkan sedikit aib mengenai
kinerja saya sendiri sebagai Pegawai Negeri Sipil di instansi tersebut. H-3
dari HUT RI itu, saya sudah pasang ancang-ancang untuk berusaha menghindari
setiap gerak-gerik yang sekiranya merupakan aktifitas penunjukan sebagai salah
satu peserta atau yang lebih tepatnya lagi sebagai pemeran atas setiap
aktifitas yang berhubungan dengan perayaan HUT ke-69 RI. Beberapa teman
seperjuangan saya sudah mendapatkan perannya, ada yang ikut gerak jalan, ada
yang menjadi Pengantin di parade Pawai Alegoris, da nada juga yang menjadi
petugas upacara di Kantor. Dan sampai saat itu saya masih bisa mengucapkan
Alhamdulillah karena harapan masih dikabulkan agar tidak terlibat sebagai
petugas apapun.
Yang parahnya lagi, H-1 saya sampai tidak
masuk kantor karena saya berasumsi kalau saya masuk di hari itu, pasti akan
kena tunjuk sebagai salah satu petugas, entah di Pawai atau di Petugas Upacara.
Dan benar saja, jam masih menunjukkan pukul 08.00 WITA, sudah ada 3 panggilan
tak terjawab dari Atasan di kantor. Akhirnya mau tidak mau saya menelpon balik
dan memberikan alasan yang paling masuk akal mengapa saya tidak masuk di hari
itu. Waktu mendekati siang, salah satu Protokol di Kantor juga menelpon, dan
saya berhasil menahan niat untuk mengangkat telponnya, karena pasti telepon itu
memberi kabar bahwa saya ditunjuk sebagai salah satu petugas.
Terbebas dari peserta Pawai Alegoris, sorenya
pun saya bisa menikmati Pawai itu sambil menontonnya ditemani dengan Pacar. Tapi
begitu barisan Kantor yang lewat, sontak langsung bersembunyi di balik penonton
lainnya.
Malam hari itu, muncul rasa bersalah dan
menyesal karena sudah berbuat yang tidak baik. Berniat ingin memperbaiki
kesalahan, akhirnya saya berniat untuk hadir sebagai peserta upacara HUT ke-69
RI di Kantor (Setda Kab.Lotim). masalah pakaian yang digunakan nanti saja
disiapkan selesai sholat subuh.
Nah di sinilah letak serunya. Alarm Handphone
yang berbunyi pukul 05.00 WITA pun gagal menembus gendang telinga, sehingga
dapat menahan getaran ke saraf sehingga usaha bangun di pagi hari pun gagal. Waktu
berlalu 2 jam dan tepatnya pukul 07.00, pengaruh hipnotis selimut, bantal,
kasur dan tman-teman lainnya pun mulai pudar. Tepat pada waktu itu, Telepon
masuk pun bordering, muncul tulisan di HP yang bertuliskan nama dari Kasubag
Protokol di Kantor. Setengah sadar sambil menggeser dan men-“TAP” layar HP,
saya jawablah panggilan itu. Isi dari pembicaraan itu yang langsung membuat
saya sadar 100% dan memberikan tenaga full power untuk segera bergegas
mempersiapkan diri dalam waktu 5 menit untuk berseragam Korpri lengkap dengan
Peci dan sepatu.
Rasa menyesal muncul, mengapa tidak
mengangkat miscall dari Atasan (Asisten 1) dan Protokol di hari kemarin. Ternyata
kedua panggilan tak terjawab itu berhubungan antara yang satu dengan yang lain,
bahwa Upacara HUT RI di kantor yang berperan sebagai Inspektur Upacara adalah
atasan saya sendiri, dan otomatis yang bertugas sebagai ajudan inspektur
upacara adalah saya sendiri. masih ada saja untungnya, karena tiba di kantor
tepat pada waktunya, dalam arti tidak terlambat. Berbekal mental bertanya
sebentar bagaimana dan apa saja yang harus dilakukan sebagai ajudan Irup, serta
paling tidak pernah menyaksikan langsung jalannya upacara sebelumnya, sehingga
Alhamdulillah tugas yang saya pegang berjalan lancar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar