Malam itu sejak sadar kalau sepeda motor mulai ngadat-ngadat larinya, pertanda BBM sudah peringatan ke-2 (peringatan ke-1 harus puter keran tanki bensin ke arah atas), sambil menggulingkan sepeda motor ke kiri supaya bensin yang nyangkut di tanki bagian kanan pindah ke kiri, berfikir kalau besok ke kantor pakai apa?
Syukur-syukur malam itu dengan bensin setengah nyawa, sampai juga di rumah yang jaraknya sekitar 4km dari TKP. Win100 ini juga sudah ndak mungkin banget buat dipake ngantor. Alternatif pertama, lirik motor dines Shogun. Penyakitnya juga sama, radang tanki bensin alias bensin habis. Alternatif ketiga, pakai mobil dri rumah. Tapi juga ndak mungkin, keperluan orang rumah lebih banyak daripada saya yang sekedar di bawa ke kantor trus kebanyakan nganggur setelah diparkir di bawah pohon mangga tempat parkir andalan di kantor. Akhirnya alternatif terahir yaitu dengan kendaraan paling irit bahan bakar, "NYEKER".
Sambil siap-siap buat tidur di malem itu, sambil menyusun strategi buat besok, pertama harus bangun jam 5 sambil sholat subuh. Mandi pas jam 5.30, siap-siap sampai jam 6 kalau sudah cakep, 15menit kemudian start. Perkiraan sampai kantor sekitar 30menit melalui rute jalan belakang.
Paginya, semua rencana yang disusun tadi malem gagal total, Sejak kebangun paksa jam 3 pagi karena hujan angin petir di tambah pemadaman listrik sampai pagi. Sambil nunggu hujan, mandi dan persiapan lainnya, akhirnya tepat jam 7 langit pun cerah. Perkiraan sampai kantor sekitar 7.30 tanpa kena marah atasan, kebetulan bos di kantor orangnya baik dan pengertian, akhirnya mulailah petualangan "NYEKER" ke kantor.
Perjalanan awal sudah dihadapkan dengan sisi jalan yang becek, masih jaim-jaim mencari sisi jalan yang kering dan terbebas dari genangan air. Sampai belok di simpang empat dan bertemu trotoar. Perjalanan pun mulus dan kering sepanjang trotoar. Bertualang semakin terasa dengan pemandangan rumah-rumah warga yang sebelumnya hanya sekedar dilewati dengan kendaraan yang tidak mungkin diperhatikan satu persatu, akhirnya bisa dinikmati dengan berjalan kaki. warga yang sedang bersiap-siap untuk aktifitas hari ini serta bentuk-bentuk bangunan perumahan yang beragam menjadi pemandangan yang menambah rasa bertualang menuju kantor. Setelah komplek perumahan terlewati, giliran persawahan hijau yang berganti peran untuk menghibur siapapun yang melewati jalur itu.
600meter pejalanan yang ditempuh dengan kecepatan 1meter/detik sekitar 10menit, 'taste' petualangan di mulai dari sini. Begitu sampai di tikungan SMP N 4, trotoar pun hilang di makan selokan. Sisi jalan yang becek dan dipenuhi rumput liar tak mungkin untuk dijadikan jalur pilihan untuk berjalan. Akhirnya mau tidak mau, bahu jalan paling pinggir menjadi jalur pilihan. Resiko tertabrak atau diserempet kendaraan yang lewat pun harus berani diambil. Ditemani siswa-siswi SMP yang berlawanan arah sambil berlari mengejar celah gerbang sekolah yang masih terbuka sambil perlahan menutup menandakan mereka terlambat untuk masuk sekolah dimana salah satu guru mereka menggiring dari belakang dengan sepeda motor. Pemandangan itu cukup untuk menarik otot pipi membentuk seyum kecil.
Setelah itu, sepanjang perjalanan yang baru ditempuh sekitar 1,5km dirasakan monoton karena jalur dan pemandangan sekitar yang sama saja sejak awal-awal berjalan. Kaki pun lumayan terasa pegal dan sedikit perih akibat lecet. Kekhawatiran akan datangnya hujan susulan pun menjadi kenyataan. Dalam hitungan ke 10 semenjak gerimis kecil turun, hujan lebat pun langsung mengeroyok rame-rame tanpa kompromi. Untung saja di depan setelah jalan masuk menuju gang seroja, ada pos ronda yang lumayan kokoh dan sepi menjadi pilihan untuk transit sambil menunggu hujan reda. Tanpa kejadian ini, bukan petualangan namanya. Awalnya masih merasakan senang karena merasa seru akibat perjalanan yang banyak dihadapi dengan berbagai rintangan. Tapi setelah menunggu hujan selama 15 menit, rasa bosan dan jenuh pun muncul. Bayangan akan bolos kerja, balik ke rumah sudah jauh, atau minta dijemput seseorang berputar-putar di atas kepala.
Sampai akhirnya hujan pun mengerti kebosanan itu, memberikan selang waktu untuk melanjutkan perjalanan ke kantor yang tinggal 500meter lagi. Baru saja sekitar 100meter berjalan, tepat di simpang empat emiga, lagi-lagi segerombolan genk air datang dan langsung mengeroyok. Kanopi minimarket itu pun menjadi tameng pelindung dari ganasnya serangan dari hujan yang lumayan lebat. Di bawah kanopi itu sudah ada 2 orang ojek dan 2 orang PolPP yang bernasib sama, namun mereka sedikit beruntung karena masing-masing menggunakan sepeda motor yang sewaktu-waktu bisa tancap gas bila hujannya lengah. Tidak ada tempat untuk menyandarkan pantat di sini, dan terpaksa kita berlima mengadakan standing party alias berdiri.
Tak lama, party pun dibubar paksa oleh redanya hujan. Saya pun mempercepat langkah menuju kantor karena sudah sangat dekat, sekitar 400meter lagi. Tetapi sama seperti yang tadi, baru berjalan 100meter, hujan turun lagi. Rasa jaim akan menghindari hujan pun sudah tidak ada lagi. Mempercepat langkah sambil berlari menuju rest area selanjutnya yaitu di Kantor Pusdok. Hujan lebat dan genangan air menjadi tidak berarti setelah semuanya diterjang dengan modal nekat. Sampailah di mushalla Kantor Pusdok yang kebetulan di bangun di sisi samping kanan depan kantor. Rest Area di sini lumayan nyaman. Selain bersih dan bisa selonjoran, jaringan Wifi pun mendukung. Lumayan bisa update status FB.
Dari rest area terahir, menuju kantor tinggal 100meter lagi, sehingga begitu hujan agak kecil walaupun lumayan bikin seragam basah, akhirnya dengan berjalan cepat saya menuju ke kantor dan langsung ke ruangan kerja melewati jalur belakang. Dan berakhirlah petualangan hari ini tepat pada pukul 8:45. Untuk pulangnya nanti, NYEKER part 2 sepertinya batal di rilis karena NYEKER part 1 dirasa sudah cukup dan harus diakhiri. Nebeng di rekan kerja pun menjadi salah satu pilihan untuk kembali ke rumah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar