Senin, 29 Desember 2014

Misteri di Balik #HEREhousehunter Season 2


Saya mengira bahwa angka 13 itu hanya sebatas mitos dan diucapkan dengan kata-kata belaka, tidak diterapkan di kehidupan sehari-hari. Ternyata perkiraan saya salah, angka 13 itu benar-benar dipercaya sebagai angka pembawa sial dan tidak digunakan dalam penomeran apapun.  Salah satunya pada penomeran rumah. Dan saya baru menetahuinya melalui HERE Maps.



Pada event ke-dua dari #HEREhousehunter yang diadakan oleh HERE Maps Indonesia sebagai lanjutan dari event pertama di bulan November 2014 kemarin, saya baru memperhatikan bahwa angka 13 tidak digunakan di beberapa penomeran rumah setelah mengumpulkan data nomer rumah pada perumahan-perumahan di Pulau Jawa terutama di kota-kota besar dengan dasar Site Plan yang diperoleh dari situr-situs perumahan di internet.





Dan yang menjadi pengalaman baru dari event ini adalah misteri dari angka 4 (empat), justru angka ini yang saya rasa lebih fenomenal dari pada angka 13. Mengapa ? ya, angka 4 ini sangat dihindari agar tidak digunakan dalam penomeran rumah, dan benar-benar tidak digunakan sebagai angka satuan, seperti pada angka 4, 14, 24, 34, 44, 54, dan seterusnya. Jadi, pada urutan penomeran rumah, setelah pemberian nomer rumah ke 3, maka nomer rumah langsung melompat ke angka 5, dan setelah penomeran ke 12, maka ada dua angka yang dilompati, yaitu 13 dan 14, jadi penomeran rumah dari 12 langsung ke 15, atau ada juga yang mengganti nomer rumah 13 dan 14 menjadi 12a dan 12b.




Dari rasa penasaran mengapa kedua angka ini dianggap sebagai angka sial, Saya mencari informasi mengenai kedua angka ini melalui sumber yang paling familiar, yaitu mbah Google. Setelah membuka beberapa situs yang mengulas tentang misteri kedua angka itu, saya lebih tertarik dengan situs www.jurukunci.net/2012/03/misteri-dan-mitos-dibalik-angka-4-13.html?m=1. Hal yang paling saya anggap masuk akal yang dijadikan dasar mengapa angka ini dianggap sial adalah Pemahaman yang dihasilkan oleh Pythagoras seorang seniman dan filsuf Yunani pada abad VI SM melalui ilmu numerology yang memiliki pandangan bahwa alam memiliki kaitan yang erat dengan prinsip matematika, dengan mengkonversikan setiap unsur alam menjadi angka sehingga usaha untuk memahami sifat alam semesta pun menjadi lebih mudah.
Angka 4 dijadikan angka sial dengan dasar keyakinan dari orang China dan Jepang. Menurut tradisi tionghoa dan ramalan fengshui, angka empat yang pengucapannya (se) juga mempunyai arti lain yaitu mati atau sial. Sedangkan angka 13 menjadi angka yang dianggap sial berasal dari Kaum Yahudi di Marseilles, Prancis Selatan. Kaum ini gemar mengutak-atik angka (numerologi) sehingga disebut kaum Geometrian. Menurut kaum ini, angka 13 merupakan angka suci yang mempunyai daya magis dan religious.
Takhayul dan Mitos sebenarnya berasal dari ajaran kuno yang bernama Kabbalah, yang merupakan sebuah ajaran mistis kuno, dan Bangsa Yahudi sejak dahulu sudah memelihara ajaran Kabbalah secara ketat. Sehingga kaum Maeseilles telah membukukan ajaran ini yang sebelumnya hanya diturunkan secara lisan.

Jadi dapat disimpulkan bahwa pemahaman angka 4 dan 13 sebagai angka sial merupakan pemahaman yang dipercaya dan diyakini oleh bangsa Yahudi. Masalah percaya atau tidaknya akan kesialan pada angka 4 dan 13 tergantung bagaimana pandangan masing-msing terhadap hal ini.